REPUBLIKA.CO.ID,
Saat dua hari raya tiba, Muslimin mendapat hak untuk
merayakannya.
Kota Auckland menjadi rumah nyaman bagi
Muslimin Selandia Baru. Dari sekitar 50 ribu Muslimin negara penghasil
domba tersebut, lebih dari setengahnya terkonsentrasi di Auckland.
Masjid-masjid
tersebar di setiap penjuru, bahkan di layanan pubik, seperti bandara.
Sekolah Islam dan pedagang makanan halal pun mudah ditemui. Terdapat
pula surat kabar dan saluran televisi Muslim.
Meski minoritas,
jumlah Muslimin Selandia Baru mengalami perkembangan yang pesat. The
New Zealand Herald mengabarkan, Muslimin hanya mengambil bagian
demografi 0,001 persen total populasi pada 1986. Namun, pada 2006 angka
tersebut berubah mencapai 1,8 persen.
“Islam adalah agama yang
perkembangannya tercepat ketiga di Selandia Baru dan pertumbuhan di
Auckland dua kali lebih cepat dibanding tempat lain di negara ini,”
tulis surat kabar tersebut.
Sebetulnya, terdapat perbedaan data
mengenai jumlah Muslimin di Selandia Baru. Berdasarkan sensus, jumlah
Muslimin sekitar 37 ribu jiwa dari total populasi 3,9 juta jiwa. Setiap
sensus lima tahunan, jumlah Muslimin meningkat dua kali lipat selama 25
tahun terakhir.
Namun, menurut wakil presiden senior dari
Federasi Asosiasi Islam, Javed Khan, Muslimin Selandia Baru mencapai 50
ribu hingga 60 ribu jiwa.
Dari total Muslimin Selandia baru,
diperkirakan 63 persen tinggal di Auckland. Muslimin di sana juga
didominasi pemuda. Beberapa di antaranya merupakan imigran ataupun
keturunan asing, seperti Fiji, Pakistan, Afghanistan, Irak, Iran,
Malaysia, dan Indonesia.
Meski jumlah Muslimin warga setempat
juga besar, proporsi terbesarnya merupakan etnis Fiji, India. Mengingat
dalam sejarahnya, Islam masuk ke Selandia Baru dibawa dari Fiji.
Masuknya
Islam ke Auckland sama halnya sejarah Islam di Selandia Baru. Auckland
menjadi titik mula dakwah Islam hingga tersebar ke seluruh penjuru
negara Pasifik Selatan tersebut. Pada 1874 Muslimin pertama menginjak
tanah Selandia Baru.
Mereka merupakan keturunan Cina yang
bermaksud membuka bisnis pertambangan. Namun, tak lama mereka kembali ke
Cina karena industri tambang yang merosot. Tak satu pun dari mereka
yang tinggal di Selandia Baru.
Baru kemudian pada 1907, seorang
Muslim India, Ismail Bhikoo, datang ke Selandia Baru. Ia kemudian
bersama anak-anak dan Muslimin lainnya datang pada 1930-an, lalu menetap
di Auckland.
Saat itulah, permukiman Islam mulai eksis di
negara tetangga Australia tersebut. Jumlah mereka semakin banyak hingga
membentuk asosiasi bernama New Zealand Muslim Association
(NZMA).
Sebagai pusat ibadah dan dakwah, mereka pun membangun
Islamic Center di Jlana Hargrave Auckland pada 1957. Sejak itu, dakwah
mulai menggeliat. Kawasan lain di Selandia Baru pun berangsur ikut
membentuk komunitas Muslim.
Penggiat dakwah di era 1950 hingga
1960-an kala itu bukan hanya Muslimin Fiji, melainkan juga terdapat dari
Albania, Kosovo, dan Bosnia.
Saat ini, Auckland telah memiliki
sedikitnya lima masjid dan Islamic Center. Jumlah tersebut belum
termasuk masjid kecil dan masjid yang berada di fasilitas umum, seperti
bandara dan universitas. Masjid terbesar berada di kawasan Ranui.
Selain
itu, masjid berada di Bandara Auckland bagian terminal internasional,
terdapat pula masjid di Universitas Auckland. Adapun Islamic Center
memberikan fasilitas pelajaran agama bagi Musliminn di sana.
Beragam
kegiatan juga sering kali dihelat dari kompetisi qiraah, pelajaran
hafidzul Quran, hingga konferensi Islam. Muslimin Auckland bahkan
memiliki program dakwah yang dikelola oleh sebuah pusat dakwah, Auckland
Resource Centre Islam.
Muslimin Auckland menganut beragam
mazhab, sebagian ada yang Syafi’i, Hanbali, Hanafi, dan ada pula yang
Maliki. Bahkan tak hanya Sunni, terdapat pula Syiah yang jumlahnya
sekitar 1.500 orang.
Mereka membentuk komunitas kecil dan
berencana membangun sekolah Islam Syiah di Auckland. Ahmadiyyah juga
eksis dengan jumlah penganut sekitar 350 orang. Mereka bahkan telah
memiliki sebuah masjid di sana.
Saat dua hari raya tiba, Muslimin
Auckland mendapat hak untuk merayakannya. Mereka biasanya mengadakan
pasar hari raya (Eid Fast) yang menjual berbagai kebutuhan
Muslimin, seperti sajadah, jilbab, pakaian Muslim, makanan halal, dan
sebagainya. Eid Fest ini rutin dihelat setiap hari raya sejak 1999.
Acara biasanya digelar di taman Kota Auckland.
Adapun untuk
pendidikan, terdapat dua sekolah Muslim di Auckland, yakni Al Madinah
School and Zayed College. Selain di Auckland, tak ada sekolah Muslim
lain di Selandia Baru.
Sekolah Al Madinah dibuka untuk anak-anak
Muslim, baik pria maupun wanita, usia satu hingga 13 tahun. Adapun
Zayyed College dibuka hanya untuk anak perempuan usia sembilan hingga 13
tahun. Ratusan anak mengenyam pendidikan di dua sekolah tersebut.
Sumber :
www.republika.co.id
Foto :
www.aucklandeidday.co.nz
No comments:
Post a Comment