Pemain Muslim memiliki dampak signifikan dalam perkembangan sepakbola di Liga Primer Inggris dan Eropa

Kehadiran pemain-pemain Muslim di Eropa semakin meningkat, dan peran mereka di dalam budaya sepakbola memberi perubahan yang signifikan.

Seperti yang diketahui, Muslim dilarang untuk melakukan judi, meminum minuman beralkohol dan juga memiliki rutinitas ibadah yang tinggi, seperti shalat dan tentu saja puasa di bulan Ramadhan. Hal-hal tersebut tentu terlihat asing di sepakbola Eropa yang terbiasa menggunakan sampanye dalam melakukan selebrasi, memanfaatkan perusahaan judi sebagai sumber pemasukan, dan lain-lain.

Namun, semakin banyaknya pemain yang beragama Islam masuk ke sepakbola Eropa dan mampu menjadi perhatian pusat dunia dengan kemampuan mengolah bola yang lihai. Mau tidak mau, membuat klub atau pengelola kompetisi sepakbola Eropa melakukan kompromi.


Salah satu contoh paling bagus untuk hal tersebut adalah Liga Primer Inggris, kompetisi sepakbola yang disebut-sebut terbaik di dunia karena sangat kompetitif. Semakin ketatnya persaingan di EPL membuat klub-klub menjelajah seluruh pelosok dunia, termasuk dari bagian-bagian daerah Afrika ataupun daerah kumuh di Prancis untuk menemukan talenta baru.

Hal itu membuat EPL dihuni oleh berbagai macam ras, etnis manusia, dan juga kepercayaan yang berbeda-beda, termasuk penganut agama Islam.

Ketika EPL pertama kali dicetuskan pada 1992, hanya ada satu pesepakbola yang Muslim, dia adalah gelandang Tottenham asal Spanyol Nayim. Sekarang, ada 40 pemain Muslim di kasta tertinggi sepakbola Inggris tersebut.


                     Nayim, satu-satunya pemain Muslim di Liga Primer Inggris pada tahun 1992

Salah satu momen yang dimiliki pemain sepakbola untuk mengekspresikan kegembiraannya adalah ketika mencetak gol. Dan momen itu menjadi salah satu bukti kuat, menjamurnya pemain Muslim di Inggris setelah Demba Ba, Papiss Cisse, Abou Diaby, dan pemain-pemain Muslim lainnya melakukan selebrasi khas yaitu dengan sujud syukur.

Hal tersebut memantik pengakuan dari pelatih dan manajemen klub untuk memahami dan mengakomodasi kebutuhan beragama pemain mereka.

Para pemain Muslim diberi asupan makanan yang dijamin kehalalannya, memiliki opsi untuk mandi secara terpisah dengan rekan-rekan satu timnya dan juga diberikan ruang dan waktu khusus untuk menjalankan ibadah shalat.

                                    Demba Ba merayakan golnya dengan sujud syukur

Momen lain adalah ketika penganugerahan predikat Man of The Match. Sebelumnya, pemain yang mendapat predikat tersebut akan diberi hadiah satu botol sampanye.

Dan kebetulan, Yaya Toure menjadi pemain terbaik Manchester City di sebuah pertandingan. Ketika diwawancarai sebuah stasiun TV, Toure tampak ditawari sampanye oleh rekannya, Joleon Lescott, namun Toure menolak tawaran tersebut karena ia seorang Muslim.

Dan sejak saat itu, pihak pengelola kompetisi memutuskan untuk meniadakan sampanye dan memberi trofi kecil untuk pemain yang mendapatkan predikat Man of The Match.

Namun, ada tantangan tersendiri untuk bagi para pemain Muslim, salah satunya adalah ketika memasuki bulan Ramadhan.

                     Yaya Toure menyebabkan tradisi sampanye untuk Man of The Match EPL diubah

Berbeda dengan pemain-pemain Muslim yang berada di negara mayoritas Muslim di Asia, di mana pihak pengelola kompetisi akan menyesuaikan jadwalnya dengan bulan suci tersebut. Pemain-pemain  Muslim yang berlaga di Eropa mungkin akan merasa sangat kesulitan karena merekalah yang harus menyesuaikan diri dengan jadwal kompetisi.

Seperti yang diketahui, liga-liga di Eropa seperti Ligue 1 Prancis, Eredivisie Belanda, Bundesliga Jerman, Serie A Italia, Primera Liga Spanyol atau Liga Primer Inggris sangat teratur dalam hal jadwal. Sehingga tidak mungkin mengubah atau menyesuaikan jadwal kompetisi selama hampir satu bulan penuh.

Beberapa pemain memaksa untuk berpuasa setiap hari. Pemain lain mungkin berpuasa di hari latihan tetapi tidak di hari pertandingan. Klub biasanya melakukan kompromi, tetapi tetap bukan periode yang mudah bagi pelatih ataupun sang pemain.

"Saya berusaha menghargai agama saya dan mengikutinya sebaik yang saya bisa," ujar Kanoute ketika masih membela Sevilla. "Terkadang sulit untuk tetap berpuasa karena di Spanyol bagian Selatan sangat panas, tetapi saya dapat melakukannya, saya bersyukur pada Tuhan."

Pada 2009, juga sempat terjadi sedikit 'insiden' di Italia saat pertandingan antara FC Internazionale menghadapi Bari yang bertepatan dengan bulan Ramadhan. Jose Mourinho, ketika masih menangani Inter, mengganti Sulley Muntari, yang memilih tetap terus berpuasa meski hari pertandingan, ketika pertandingan hanya berjalan setengah jam.

              Sulley Muntari, salah satu pemain yang memilih terus berpuasa di hari pertandingan

Mourinho kemudian mengatakan bahwa Ramadhan tidak datang di waktu ideal bagi pemain untuk bermain sepakbola. Komentar itu menimbulkan kritikan luas, yang akhirnya membuat Mourinho memberi klarifikasi.

"Keputusan Muntari tidak untuk dikritik karena itu pertanyaan kepercayaan dan agama. Itu berarti saya menerimanya. Saya tidak pernah mengatakan Muntari harus melupakan agamanya dan berlatih," ujar Mou.

Hal yang sama juga dilakukan oleh gelandang Arsenal Abou Diaby dan striker Newcastle Unite Demba Ba.
Diaby mengatakan: "Arsenal lebih menginginkan saya untuk tidak puasa, tetapi mereka memahami ini adalah momen spesial untuk saya dan mereka berusaha mengakomodasi hal-hal agar membuat saya lebih baik."

Sementara, Ba mengakui dia memiliki beberapa masalah dengan pelatih terkait Ramadhan, tetapi dia mengatakan tetap bertahan untuk berpuasa.

"Setiap kali saya memiliki pelatih yang tidak gembira dengan hal itu, saya mengatakan: 'Dengar, saya akan melakukannya [berpuasa]. Jika performa saya masih bagus, saya tetap bermain, jika buruk maka Anda bangku cadangkan saya, demikian.'"


Beberapa Pemain Muslim Top Di Eropa
Nama Klub Negara
Mesut Ozil Real Madrid Jerman
Sami Khedira Real Madrid Jerman
Karim Benzema Real Madrid Prancis
Franck Ribery Bayern Munich Prancis
Demba Ba Newcastle United Senegal
Papiss Cisse Newcastle United Senegal
Yaya Toure Manchester City Pantai Gading
Samir Nasri Manchester City Prancis
Edin Dzeko Manchester City Bosnia
Kolo Toure Liverpool Pantai Gading
Samir Handanovic FC Internazionale Slovenia
Abou Diaby Arsenal Prancis
Bacary Sagna Arenal Prancis
Ibrahim Affelay Barcelona Belanda
Miralem Pjanic AS Roma Bosnia

Beberapa pemain juga memilih untuk melakukan kompromi. Nicolas Anelka mengatakan awalnya dia terus berpuasa seperti yang lain, tetapi ia mengatakan:  "Saya menyadari saya kerap mengalami cedera setelah beberapa periode Ramadhan, jadi saya tidak melakukannya dengan ketat lagi."

Demikian juga dengan Marouane Chamakh. "Saya tidak memiliki masalah berpuasa saat Ramadhan, ini menjadi normal. Sehari sebelum pertandingan dan di hari pertandingan saya tidak berpuasa, tetapi saya mengganti hari itu di hari yang lain."

Beruntung Ramadhan tahun ini berakhir pada 7 Agustus, atau sebelum bergulirnya kebanyakan kompetisi di Eropa.

Sponsorship juga menjadi bagian dari masalah. Tim dengan sponsor judi dan peminjaman uang di jersey mereka, membuat pemain Muslim berada dalam posisi sulit, itu karena mereka juga digunakan untuk mempromosikan aktivitas yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Yang paling tenar tentu saja sikap Frederic Kanoute yang sempat menolak untuk mengenakan jersey tim yang disponsori oleh perusahaan judi, yang artinya membuat klub harus menyediakan jersey tanpa sponsor untuknya.

Namun, pemain asal Mali tersebut akhirnya bersedia memakai jersey dengan sponsor dengan syarat dirinya tidak dilibatkan dalam promosi publik perusahaan judi tersebut.

Dan yang terbaru terjadi di Newcastle United, striker Cisse mengatakan dia berencana untuk berbicara dengan klub  dan sponsor mereka, Wonga, karena dia khawatir kepercayaannya sebagai seorang Muslim akan terganggu jika dia terlihat mempromosikan perusahaan itu.

              Frederic Kanoute sempat menolak mengenakan jersey dengan sponsor perusahaan judi

Striker Crewe Nathan Ellington, yang juga pernah bermain untuk Wigan Athletic dan West Bromwich Albion, menilai hal itu di luar kendali sang pemain.

"Saya pikir itu biasanya di luar kendali pemain Muslim. Meskipun dia tidak dibolehkan untuk berjudi, itu adalah hal yang tidak dapat benar-benar Anda kendalikan," ujarnya.

Kiper Wigan, Ali Al-Habsi juga mengutarakan pendapat yang sama: "Kami adalah pemain dan hal-hal seperti ini datang dari klub. Kami tidak dapat melakukan apapun terhadapnya, kami hanya melakukan tugas kami."


"Arsenal  memahami Ramadhan adalah momen spesial untuk saya dan mereka berusaha mengakomodasi hal-hal agar membuat saya lebih baik."

- Abou Diaby

No comments:

Post a Comment